Friday, July 26, 2013

Week 1


Week 1 .

Ada 2 dosen baru di kelas ESosial kali ini ,namun ibu inita tidak lagi menjadi fasilitator kami. Jadi total ada 3 dosen yang menjadi fasilitator kelas E kami..

Kelas pertama di smt 5 ini membahas tentang MDG , berikut keterangan tentang MDG


MDGs



Week 1 .

Ada 2 dosen baru di kelas ESosial kali ini ,namun ibu inita tidak lagi menjadi fasilitator kami. Jadi total ada 3 dosen yang menjadi fasilitator kelas E kami..

Kelas pertama di smt 5 ini membahas tentang MDG , berikut keterangan tentang MDG

Millennium Development Goals 
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma pembangunan global, dideklarasikan Konperensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000, (A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals).
Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitment untuk mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam upaya menangani  penyelesaian terkait dengan  isu-isu yang  sangat  mendasar   tentang pemenuhan  hak  asasi dan kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan. Deklarasi ini merupakan kesepakatan anggota PBB mengenai sebuah paket arah pembangunan global yang dirumuskan dalam beberapa tujuan yaitu:

 1 . Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan,
2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua,
3. Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan,
4. Menurunkan Angka Kematian Anak,
5. Meningkatkan Kesehatan Ibu,
6. Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya,
7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan
8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.

Setiap tujuan menetapkan satu atau lebih target serta masing-asing sejumlah indikator yang akan diukur tingkat pencapaiannya atau kemajuannya pada tenggat waktu hingga tahun 2015. Secara global ditetapkan 18 target dan 48 indikator. Meskipun secara glonal ditetapkan 48 indikator namun implementasinya tergantung pada setiap negara disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan ketersediaan data yang digunakan untuk mengatur tingkat kemajuannya. Indikator global tersebut bersifat fleksibel bagi setiap negara.

Deklarasi MDGs merupakan hasil perjuangan dan kesepakatan bersama antara negara-negara berkembang dan maju. Negera-negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk salah satunya Indonesia dimana kegiatan MDGs di  Indonesia mencakup pelaksanaan kegiatan monitoring MDGs. Sedangkan negara-negara maju berkewajiban mendukung dan memberikan bantuan terhadap upaya keberhasilan setiap tujuan dan target MDGs.



Dari penjelasan di atas kami memperoleh tugas dari parafasilitator untuk membuat sebuah program. Untuk membantu melaksanakan program dari MDG tersebut. 

Pengaruh media bagi psikologi anak . By:http://www.metrotvnews.com


Metrotvnews.com: Menonton televisi menjadi kebiasaan. Bahkan bagi sebagian anak zaman sekarang, kegiatan itu menjadi rutinitas. Orangtua perlu berhati-hati. Sebab, tayangan televisi bisa saja berdampak buruk pada psikologi anak.

Banyak kandungan dalam tontonan televisi, seperti kekerasan dan tayangan berbau seks. Di sinilah, orangtua sangat perlu menyaring tayangan aman untuk anak-anak.

Ketua Yayasan Pengembangan Media Anak, B Guntarto, membenarkan tayangan televisi hanya menonjolkan aspek hiburan. Unsur edukasinya sangat minim sekali. Ia menyayangkan itu sebab jumlah stasiun televisi di Indonesia cukup banyak.

Lalu bagaimana tayangan aman untuk anak? Dalam 811 Show Metro TV di Jakarta, Guntarto pun menjawabnya dalam beberapa kategori:

1. Kategori aman
Artinya tayangan mengandung pendidikan positif, memberi motivasi, dan menanamkan sikap percaya diri pada anak. Bila tayangannya menghibur, tak ada unsur negatif di dalamnya. Meski demikian, orangtua wajib mendampingi anak-anak saat menonton.

"Lebih bagus lagi jika menghibur sekaligus ada edukasinya. Walaupun edukasi memang tidak mudah dibuat," ujar Guntarto, Rabu (19/6).

2. Kategori hati-hati
Tayangannya menyeimbangkan kandungan positif dan negatif. Lantaran itu, orangtua perlu mendampingi dan mengenalkan kandungan positif pada anak. 

Orangtua perlu mewaspadai kategori hati-hati, karena sifatnya abu-abu. Sehingga orangtua bisa saja bingung.
 
"Terkadang di keluarga tertentu sebuah tayangan dianggap aman, namun dikeluarga lain bahaya. Tergantung perkembangan anaknya juga," tambahnya.

3. Kategori bahaya
Tentunya, tayangan yang memiliki banyak muatan negatif. Guntarto menyarankan orangtua tak membiarkan anak menonton tayangan tersebut.

Contohnya, film kartun asal Jepang yang mengisahkan kehidupan remaja. Biasanya ada unsur kekerasan dan ceritanya rumit. Itu membahayakan perkembangan pola pikir anak. Namun anak-anak di Indonesia menontonnya.  

Selain itu, penggunaan bahasa dalam tayangan pun perlu menjadi pertimbangan. Kadang, ada pesan baik dalam tayangan tersebut. Sayangnya, pemilihan bahasanya salah. Tentunya itu juga berbahaya.(Lesi Setiawati)